RSS

Raja Tempe di Jepang


Saya mau ceritakan kembali apa yang saya saksikan di tvone pada acara "Bukan Jalan-Jalan Biasa". Dalam acara ini tvone sedang meliput di Jepang, persisinya di Tokyo dan Kyoto. Di Tokyo meliput J-Dut dan Lisa Halim. Kemudian di Kyoto meliput tentang bapak Rustono sang Juragan Tempe di Jepang.

Pak Rustono tinggal di daerah Katsuragawa yang terletak sekitar 30 kilometer dari Kyoto. Disanalah ai dan keluarga tinggal dan menjalankan bisnis pembuatan tempe. Awalnya bekerja di perusahaan roti sampai ke perusahaan sayur-mayur. Di situ Rustono banyak memerhatikan etos kerja karyawan Jepang. Selain penuh tanggung jawab, mereka juga berupaya mencapai target dan ikut serta dalam menjaga kualitas produksi. Pun Pemerintah Jepang sangat teliti dengan secara periodik memeriksa kualitas produksi, meninjau perusahaan, sampai memerhatikan kebersihan ruangan, termasuk peralatan dan meja kerja.

Belajar dari etos kerja orang jepang itu lah dia mulai menjalankan usahanya. Dari gajinya ia sisihkan untuk membuat tempe. Usaha dia membuat tempe tidak berhasil begitu saja. Dalam waktu 4 bulan dia baru berhasil membuat tempe. Awalnya dia memiliki karyawan, namun setelah memiliki alat, produksinya membuat tempe ia kerjakan dengan istri dan anaknya.

 

Tempeh, itu lah nama produk tempe buatan Pak Rustono. Dalam liputan tvone tersebut menggambarkan tempeh di jual di supermarket di jepang. "Kita tidak mengajarkan kepada orang jepang tempe itu digoreng, dimendoan ataau yang lainnya, karena orang jepang itu suka bereksperimen sendiri." Ujar Pak Rustono. Berbagai restoran vegetarian di Jepang banyak menyajikan olahan tempe dengan berbagai bentuk olahan Jepang, seperti misoshiru tempe dan tempura tempe. Yang paling terkenal adalah burger tempe.

Bisnis tempe Pak Rustono ini berhasil. Tempe buatannya merambah hampir ke seluruh Jepang. Kemasan seberat 200 gram dengan label Rusto Tempeh bergambar ilustrasi suasana kehidupan kampung di Jawa. Selain masyarakat Indonesia di Jepang dan masyarakat Jepang sendiri, konsumennya juga meliputi perusahaan jasa boga, rumah makan vegetarian, toko swalayan, sekolah, hingga rumah sakit di Fukuoka. Tujuan bisnisnya ini tidak semata-mata untuk kaya tetapi untuk mencapai cita-citanya "menduniakan tempe". Baginya kekayaan itu otomatis, jika tempe mendunia maka kekayaan otomatis akan didapat. "Membidik sedikit, maka akan meleset seikit" kata Pak Rustono.

Penghargaan

Di Jepang sudah banyak buku mengupas tentang tempe. Di antaranya yang terkenal adalah The Book of Tempeh, tulisan William Shurtleft dan Akiko Aoujaga. Buku besar ini lengkap dengan uraian dan ilustrasi menarik tentang pembuatan dan manfaat tempe dengan latar belakang budaya Indonesia, terutama Jawa.

Ada juga buku terbitan Asosiasi Tempe di Jepang yang dikelola para profesor dan ahli gizi. Asosiasi ini mengadakan penelitian dan setiap tahun mengadakan seminar tentang tempe. Salah satu kajiannya adalah kandungan gizi tempe tak kalah dari daging sapi.

cr : 
tvone; bisnis keuangan.kompas

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: